html

- See more at: http://kukuhpw.blogspot.com/2013/02/cara-memasang-button-share-di-side-bar.html#sthash.jmwdAAmM.dpuf

Saturday, 4 February 2012

Suwoto, Pengusaha Belimbing di Ngringinrejo, Kalitidu

Sarjana Teknik Industri Memilih jadi Petani
   
Berawal dari lowongan menjadi kamituo di desanya, Suwoto mau tak mau menyelami bidang yang berbeda dengan latar belakang pendidikannya. Menjadi petani belimbing. Bersama warga desa, ia mengembangkan segala hal yang berhubungan dengan belimbing.
   
   Ketika mobil yang kami tumpangi berhenti di Desa Ngringinrejo, Kecamatan Kalitudu, Kabupaten Bojonegoro, pohon-pohon dengan buah kuning bergelantungan mulai menyambut kami. Hawa sejuk mulai merasuk dan mata dimanjakan oleh ratusan pohon belimbing yang tertanam rapi berjejer di perkebunan belimbing tersebut. Pohonnya tidak begitu tinggi dan tidak rimbun. Buahnya juga tidak terlalu banyak, maklum, belum musim panen. Tapi di setiap pohon masih ada beberapa buah belimbing yang ranum dan besar. Membuat siapa saja yang melihat tergiur untuk menikmatinya. Disana, kami disambut oleh seorang pria kurus berkulit coklat.
    Penampilannya sangat bersahaja. Memakai celana abu-abu yang dilipat sampai di atas mata kaki, kaos warna coklat bertuliskan ‘Sub Gasolin’ yang sudah pudar warnanya, topi coklat hitam bertuliskan ‘ Oukley’, beserta tas warna coklat yang compang-camping  dan resletingnya sudah rusak. Ketika pertama kali melihat, pasti tidak menyangka bahwa dia adalah Suwoto, pemilik 380 pohon belimbing di desa Ngringinrejo, Kalitidu, Bojonegoro.
    Woto, begitu ia akrab disapa, begitu ramah dan terbuka menjawab pertanyaan dari  anggota kelas menulis Sanggar Guna yang bertandang ke kebun belimbing miliknya minggu lalu (29/1). Semua pertanyaan yang diajukan dijawab dengan tegas dan sangat jelas.
Kendati tidak ada yang istumewa dari penampilannya, pengetahun tentang segala hal yang berhubungan dengan belimbing patut diacungi jempol. Mulai dari proses penanaman awal, pemupukan, pemeliharaan, pengembangan, pembuatan pupuk, dan pemanfaatan belimbing.
    Pria yang pernah menimba ilmu di Fakultas Teknik Industri Universitas Muhammadiyah Malang ini menjelaskan bahwa awalnya belimbing-belimbing di Ngringinrejo berasal dari belimbing di Siwalan, Tuban, yang dibawa oleh mbah Suyoto dan mbah Nur.  Dulu, lahan seluas 19,3 ha ini ditanami palawija, namun mulai tahun 1984 mulai ditanami pohon belimbing. Dan sejak tahun 1992 seluruh lahan ditanami pohon belimbing.
    Pohon belimbing yang ditanam tersebut tidak serta merta menghasilkan panen yang memuaskan.”Setelah empat tahun, pohon-pohon disini baru mulai menampakkan hasil,” jelas pria yang menjabat sebagai kamituo di desanya ini.
    Pria yang memiliki 380 pohon belimbing ini menuturkan bahwa seluruh kegiatan perkebunan belimbing dikerjakan oleh warga desa sendiri. Mulai dari penanaman, pemanenan, hingga pemasaran.
Ketika ditanya berapa penghasilannya, Woto  tidak menjelaskan secara gambling berapa nominal penghasilannya. Pria kurus ini menjelaskan bagaimana perhitungannya. Setiap pohon menghasilkan 70 kg belimbing per panen dikali harga belimbing saat itu. Dari pendapatan tersebut, 20 persennya digunakan untuk menggaji karyawannya yang berjumlah 34 orang .Gaji yang diberikan kepada karyawannya pun tak bisa dibilang kecil. Berkisar antara Rp 750.000 hingga Rp 1.500.000 per bulan.
Belimbing yang dihasilkan oleh perkebunan belimbing Ngringinrejo ini sudah diuji di Laboratorium Ketahanan Pangan. Dan hasilnya menunjukkan bahwa buah belimbing tersebut bebas dari unsur pestisida, karena memang pupuk yang digunakan adalah pupuk organik. Sehingga buah yang dihasilkan lebih empuk dan enak.
Mengenai hasil panennya sendiri, belimbing yang dihasilkan dinamain Dewo, berasal dari kata gede tur dowo (besar dan panjang).  Dewo sendiri dibagi menjadi dua. Dewo 1 yang paling besar dan panjang, sedangkan Dewo 2 ukurannya sedikit lebih kecil dari Dewo 1.
Selain itu, buah yang dihasilkan juga dibagi per kelas. Ada kelas super, yang biasa disebut Dewo 1, kelas A atau Dewo 2, dan kelas B yang ukurannya kecil-kecil.
Mengenai pemasaran, di desanya sudah ada tim pemasaran yang kebanyakan adalah pemuda desa tersebut. Belimbing-belimbing tersebut dialokasikan ke hampir seluruh pasar di kabupaten bojonegoro. Bahkan ada juga pesanan dari luar kota bojonegoro.
Tak hanya menjual belimbing dalam bentuk buah asli saja. Dengan kekreatifan warga, belimbing-belimbing tersebut diolah menjadi berbagai jenis makanan dan minuman. Seperti kerupuk, dodol, selai, sirup dan sari buah belimbing. Semua itu bisa didapatkan di galeri khusus yang dibuat untuk promosi hasil olahan belimbing.
Namun, seperti halnya usaha lain. Perkebunan belimbing ini pernah mengalami stagnasi saat banjir tahun 2008 lalu. Karena pohon-pohonnya terendam setinggi hamper 3 meter selama 8 hari, maka mereka mengalami gagal panen selama setahun. Namun keadaan tersebut dapat diatasi, karena meskipun daun-daunnya rontok, pohon-pohon yang terendam tidak sampai mati.
Untuk evaluasi dan saling belajar, setiap 36 hari sekali para warga berkumpul. Dari kegiatan tersebut mereka dapat saling berbagi ilmu dan membina kerukunan untuk memajukan desanya. Berkat usaha dan kerja keras warganya dalam mengembangkan perkebunan belimbing, kini desa Ngringinrejo dijuluki Kampung Belimbing. Yang telah mengharumkan nama kota Bojonegoro.

Ika Fari
04 Februari 2012
Benteng Peri

No comments:

Post a Comment